Tak Jaga Pola Makan, Penyakit Pencernaan Jadi Tren Pascalebaran

Rsalirsyadsurabaya.co.id – Ketika lebaran, beragam suguhan menghiasi meja-meja ruang tamu dan menggoda bagi siapa saja untuk menyantapnya. Namun jika tak dibatasi, makan sembarangan tanpa kembali mengatur pola makan dapat berujung pada penyakit pencernaan yang santer terjadi pascalebaran.

Menurut Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, pakar penyakit dalam di Indonesia, penyakit-penyakit yang berpotensi menyerang ketika lebaran ini seharusnya turun. Seperti kelelahan berlebihan yang umum terjadi harusnya berkurang karena mudik tahun ini ditiadakan dalam rangka menekan penularan virus korona.

“Sekarang mungkin nggak ada penyakit kelelahan. Karena, istirahatnya kan cukup dan nggak mudik kemana-mana,” ungkapnya.

Namun, ia mengakui bahwa ketika momen lebaran tiba, beragam makanan berlemak seperti lontong sayur, rendang, opor ayam kerap disajikan. Ia memperkirakan bahwa penyakit pencernaan pascalebaran ini terjadi karena mengonsumsi makanan tersebut secara berlebihan.

Makanan tinggi lemak dan sarat minyak tersebut berpotensi memicu timbulnya masalah pencernaan, ataupun penyakit berbahaya lainnya seperti, diabetes, hipertensi, hingga kolesterol.

“Konsumsi daging yang berlebihan itu kadar kolesterolnya tinggi. Bisa membuat buang air besar tidak lancar dan menyebabkan masalah pencernaan. Akibatnya juga kolesterol serta tekanan darah nggak terkontrol,” paparnya.

Selain di Indonesia, di beberapa negara lain juga ada yang mengalami hal yang sama. Penyakit pencernaan sering ditemui pada beberapa pasien, dan cenderung mengalami kenaikan pascalebaran. Dr. Magdi Mohamed dari Burjeel Hospital, Abu Dhabi mengungkap, setiap tahun di rumah sakitnya menerima pasien dengan masalah perut terbanyak ketika hari pertama dan kedua Idulfitri.

Ia mengatakan, bahwa 40 persen dari mereka mengalami sakit perut disebabkan makan berlebihan ketika berlebaran. Sementara 120 dari 300 kasus masalah perut tersebut sangat erat kaitannya dengan pesta makan ketika hari raya.

“Unit gawat darurat menerima sekitar 60 pasien dengan masalah perut selama 24 jam pertama Idulfitri,” jelasnya dikutip dari Khaleej Times.

dr. Magdi mengatakan, bahwa kondisi perut orang berpuasa selama sebulan Ramadan dapat menjadi sensitif dan menyusut saat lebaran.

“Kebiasaan berpuasa mengatur sistem pencernaan tubuh, serta enzim pencernaan yang akan diatur sesuai dengan makanan yang dikonsumsi. Sehingga, sistem pencernaan yang berjalan selama sebulan puasa bisa terganggu ketika orang makan berlebihan saat lebaran,” lanjutnya.

Untuk itu, ia mengimbau agar orang-orang tetap makan dengan batasan normal ketika lebaran, dengan makan cukup dua hingga tiga kali sehari. Karena, makan berlebihan secara tiba-tiba dapat membawa masalah pada pencernaan. Ia juga menyarankan agar orang-orang tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan yang manis.

“Glukosa dalam sistem pencernaan akan menyebabkan peningkatan sekresi cairan dan air di usus sehingga dapat menyebabkan diare parah. Glukosa akan menjadi fermentasi juga menyebabkan gerakan longgar,” tandasnya.

Selain saran dari dr. Magdi, dr. Ari juga menyarankan agar tetap menyeimbangkan pola makan dan aktivitas fisik guna menjaga imunitas dalam kondisi terbaik.

“Dulu biasanya open house. Tradisi seperti ini dengan situasi sekarang kan sudah nggak ada. Aktivitas kita pun berkurang. Sebaiknya imbangi dengan olahraga di rumah atau di luar dengan tetap memakai alat pelindung diri yang disarankan seperti masker,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat