Kenali Solusi Atasi Stres Pada Anak Berdasarkan Usianya di Hari Anak

Rsalirsyadsurabaya.co.id – Cukup banyak orang yang mengalami stres tak terkecuali anak dan remaja. Untuk menghindari hal tersebut, orang tua perlu memahami cara atau solusi mengatasi stres pada anak sesuai dengan usia mereka.

“Anak-anak di segala usia sedang mengalami masa sulit. Tiap orang dewasa, jika Anda perhatikan, merasa cemas yang kini meningkat. Dan anak-anak merasakannya,” ujar Psikolog Perkembangan dan Klinis, Nancy S. Molitor.

Respons stres pada anak bakal berbeda tiap tahapan usia. Perlunya melihat kondisi dari tiap anak dan menerapkan solusi sesuai dengan usia anak.

Anak 4-7 tahun

Pada usia ini, akan ditemui tanda stress berupa regresi atau perilaku mundur pada anak. Regresi merupakan perilaku yang tak sesuai dengan usia. Misalkan, anak berusia 4 tahun bisa kembali mengompol seperti yang kerap mereka lakukan pada usia 2 tahun.

Molitor menyampaikan bahwa anak juga akan terlihat lebih cemas dari biasanya. “Mereka mungkin lebih takut dan cemas dari biasanya. Mereka juga akan merasa cemas saat jauh dari orang tua,” jelasnya.

Hal terbaik yang bisa dilakukan orang tua menurut Molitor adalah tetap patuh pada jadwal atau rutinitas.

Anak 7-10 tahun

Pada usia ini, anak lebih paham mengenai situasi yang terjadi sekarang. Terapis Anak, Katie Lear mengungkapkan bahwa anak mungkin akan ketakutan, baik mengenai kesehatan mereka atau psikisnya.

Menurutnya, kekhawatiran atau kecemasan ini bisa diluapkan lewat amarah yang membuat anak-anak cepat marah. Mereka perlu informasi yang bisa diterima sesuai usia, mulai dari penularan dan bagaimana cara melindungi diri mereka.

“Anda bisa membuka obrolan bersama anak dengan bertanya pada anak tentang apa yang mereka sukai. Anda mungkin terkejut saat mendengar rumor dan informasi salah yang tersebar di kalangan anak-anak,” ungkapnya dikutip dari CNN.

Anak 10-13 tahun

Anak usia 10-13 tahun menjadi kelompok yang mendapatkan beban besar dari konsep sekolah daring. Pemberian tugas yang banyak namun sedikit bimbingan dari guru, ditambah sebagian orang tua yang tak memahami konsep daring tersebut, membuat anak dapat mengalami stres.

Anak-anak yang umumnya termotivasi untuk berprestasi di sekolah akan kesulitan untuk mengarahkan diri dan membagi waktu. “Ini dapat mengakibatkan penurunan nilai dan bertengkar dengan orang tua ketika saatnya masuk ke kelas atau menyelesaikan pekerjaan rumah,” kata Lear.

Membantu anak usia 10-13 tahun, lanjut Lear, sama dengan menjaga ekspektasi tetap realistis. Orang tua perlu mengapresiasi apa yang telah dilakukan anak untuk berusaha belajar dengan baik.

Anak 13-17 tahun

Molitor memaparkan, bahwa pada usia ini, anak akan mengalami banyak kehilangan. Masa sekolah tak lagi menyenangkan sebab harus dilakukan secara daring, intensitas bertemu dengan teman pun tak sesering dulu, sehingga berpotensi memengaruhi perkembangan masa remaja.

Remaja pun rentan mengalami depresi dan perasaan putus asa. Tanda-tanda stres yang kerap dialami anak seusia ini adalah kecenderungan mudah marah, tidur sepanjang hari, dan begadang sampai larut menarik diri dari keluarga, mengisolasi diri di kamar, dan perubahan kebiasaan makan juga tidur..

Untuk mengatasinya, orang tua harus mencermati perubahan besar pada tingkah laku anak yang bisa menjadi tanda awal depresi. Molitor menyarankan agar orang tua membantu anak untuk tetap terhubung dengan teman-temannya secara daring.

Selain itu, orang tua juga harus bisa menyadari anak bahwa mereka masih memiliki masa depan dan masa sulit ini tak akan berlangsung selamanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat