Begini Penjelasan Bagaimana Kondisi Pandemi Dapat Pengaruhi Siklus Menstruasi

Rsalirsyadsurabaya.co.idLockdown yang diterapkan di sejumlah negara dan wilayah atau yang dikenal sebagai PSBB di Indonesia akibat pandemi virus korona COVID-19 ternyata juga dapat berdampak pada siklus menstruasi. Dampak ini adalah berupa gangguan siklus menstruasi akibat stres yang dialami oleh para perempuan.

Siklus menstruasi rata-rata berlangsung selama 28 hari. Sebagaimana angka 28 tersebut menjadi tanggal di mana hari ini, 28 Mei 2020 menjadi peringatan Menstrual Hygiene Day atau Hari Kebersihan Menstruasi.

Namun, terkadang terjadi ketidakteraturan yang bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan seperti endometriosis atau sindrom ovarium polikistik (PCOS). Di mana saat di masa isolasi akibat pandemi ini, banyak perempuan yang mengalami gangguan siklus menstruasi ini disebabkan karena stres.

Stres ini tentunya terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor ketidakstabilan keuangan, isolasi sosial, dan kesulitan psikologis.

Menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh dokter kandungan Anita Mitra terhadap 5.677 perempuan di Inggris, seperti dikutip dari Independent (17/5), rupanya gangguan siklus haid ini cukup umum. Ketika responden ditanya apakah mereka telah melihat perubahan dalam siklus menstruasi atau gejala hormon selama lockdown, sebanyak 65 persen responden menjawab ya.

“Pandemi virus korona tidak terhindarkan mengakibatkan stres dan kecemasan bagi sebagian besar populasi dan oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa perempuan dapat mengalami perubahan pada siklus menstruasi mereka, dengan stres yang berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan hormon,” jelas Leila Frodsham, konsultan ginekolog untuk Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, Inggris.

Perubahan umum yang mungkin dialami perempuan sebagai akibat dari stres ini tidak hanya menyebabkan keterlambatan, tetapi juga bahkan menyebabkan terhenti, mempersingkat waktunya, atau mengalami periode yang lebih berat.

Melansir dari Independent, ini tepatnya juga terjadi karena ada banyak perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi tingkat stres itu sendiri, yang pada akhirnya dapat menyeimbangkan hormon, serta membuat kita terbiasa hidup di masa isolasi.

Untuk itu, guna mengatasinya adalah dengan menyeimbangkan kembali hormon di dalam tubuh. Frodsham menyarankan untuk berlatih yoga, mengatur fokus dan meditasi, selain melakukan latihan aerobik yang teratur.

“Ini juga membantu untuk melacak siklus, karena satu atau dua periode yang lebih awal atau terlambat. Tetapi, perubahan yang berulang dalam waktu lama, atau kurangnya keteraturan, harsu dibicarakan dengan profesional kesehatan,” tuturnya.

Apabila perubahan siklus dibarengi dengan rasa sakit berlebihan atau pendarahan hebat, lanjut Frodsham, maka lebih baik mencari bantuan medis. Sementara apabila perempuan yang memiliki pasangan mengalami perubahan pada siklus menstruasi dan saat ini tidak menggunakan kontrasepsi, maka disarankan untuk melakukan tes kehamilan.

Selain itu, untuk mencegah stres maka kita bisa meminimalkan jumlah berita yang kita lihat setiap harinya, dan memastikan bahwa kita memiliki tidur yang berkualitas. Berbagai hal tersebut akan membantu untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan akibat stres. (nin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat