Begini Kisah Eric Kurniawan, Salah Satu Penyintas COVID-19 di Surabaya

Rsalirsyadsurabaya.co.id – Tak terlintas sedikitpun dari pikiran ini, bahwa kami akan menjadi salah satu bagian dari keluarga para survivor COVID-19. Berikut ini adalah pengalaman suami saya yang berjuang melawan COVID-19. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.

Bermula saat di hari ketiga Ramadhan (26/4), suami mulai merasakan tidak enak badan, nggregesi kalau orang Jawa bilang. Badan menggigil, demam. Esoknya, saya minta untuk tidak berpuasa. Beberapa hari tidak nafsu makan, mual, malah sampai muntah. Persendian juga sakit, dan lidahnya pun putih tebal.

Saya cek di literatur, mungkin terkena tifus. Batuk tidak. Sakit tenggorokan juga tidak. Sesak napas juga tidak. Hanya nyeri di perut. Hingga hari Ahad (3/5), beliau tidak kunjung membaik. Padahal suhu tubuh hanya berkisar antara 37-37,8 derajat Celsius.

Saya minta cek ke RS, suami menolak. Takut jadi PDP katanya. Semua obat dari teman-teman dokter tak juga menurunkan panas tubuhnya. Saat itu, kami tidak berasumsi mengarah ke COVID-19 sama sekali. Karena di literatur, suhu tubuh pasien COVID-19 lebih dari kisaran suhu itu. Begitupun tanda-tanda batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak tidak dirasakan suami.

Kekhawatiran saya memuncak karena sudah delapan hari kondisi suami tidak kunjung membaik. Akhirnya suami saya paksa untuk periksa ke RS. Saya tinggal anak-anak di rumah, dan meminta anak sulung saya untuk menjaga adik-adiknya.

Di RS, sebelum melakukan pemeriksaan ke poli spesialis, wajib dilakukan protokol. Di tempat parkir, suami melakukan skrining uji cepat (rapid test) terlebih dahulu, dan hasilnya negatif nonreaktif. Di ruangan dokter spesialis penyakit dalam, suami diminta opname karena sakit lambung yang diderita.

Namun, hasil foto thorax menunjukkan ada sedikit flek putih yang sangat tipis. Dokter sedikit curiga, sehingga menyarankan untuk dilakukan tes swab. Status ODP pun disematkan pada suami, dan untuk sementara suami ditempatkan di ruang isolasi ODP, dengan empat pintu kaca yang harus dilewati untuk bisa sampai.

Di ruangan itu, tidak boleh ada satupun keluarga yang menunggu. Hanya dijaga perawat dengan pakaian hazmat lengkap. Saat itu saya berpikir, bahwa pihak RS terlalu berlebihan karena saya sangat yakin suami tidak mungkin terkena COVID-19 sebab kamu sangat disiplin menjaga kesehatan, kebersihan, dan menjalankan protokol pencegahan. Kami pun juga patuh tetap berada di rumah selama tiga bulan ini.

Sebelum hasil swab keluar, saya masih sering datang ke RS untuk mengantar segala keperluan suami, mulai dari makanan, pakaian, madu, jus buah, susu, dan lainnya. Namun ternyata, setelah hasil swab keluar, suami dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19. Hari itu juga, suami dipindah ke kamar isolasi khusus pasien COVID-19.

Saya terkejut, orang dengan uji cepat negatif nonreaktif, belum tentu dinyatakan negatif saat tes swab. Itu karena di dalam tubuh saat itu belum ada antibodi untuk melawan virus. Barulah seminggu setelahnya jika diuji cepat kembali, maka bisa dipastikan hasilnya akan reaktif. Saya pun tidak diperbolehkan pergi kemana-mana, selain isolasi di rumah.

Keesokan harinya, petugas puskesmas dengan pakaian hazmat datang ke rumah untuk mengecek suhu badan, serta mewawancarai saya dan anak-anak. Saya pun menjawab dengan sejujur-jujurnya dan semua isian di formulir skrining tidak ada yang saya jawab. Dokter pun menanyakan prediksi dari mana suami bisa terpapar.

Saya selalu mendapatkan perkembangan kondisi suami. Suami hanya dirawat seorang diri di ruangan isolasi. Setiap hari, dilakukan pengecekan kondisi tubuh, pemberian cairan infus vitamin, dan antibiotik (obat untuk radang di perut). Obat yang harus diminum sebanyak 6 butir, masing-masing tiga sehari. Suami mengabarkan bahwa saat di RS, dokter dan perawat memberikan pelayanan yang sangat baik.

Setiap pagi, pihak RS juga selalu mengajak para pasien untuk melakukan senam pagi. Ada instruktur senam di luar yang memimpin senam, sedangkan pasien mengikuti gerakannya dari dalam kamar yang dilapisi kaca. Sinar matahari juga bisa tembus ke dalam kamar, sehingga memungkinkan pasien senam pagi sambil berjemur sinar matahari.

Dua hari sekali dilakukan pengecekan EKG jantung dan rontgen paru, karena COVID-19 terkadang berefek ke jantung dan organ lainnya. Namun, suami mengabarkan jika kondisinya kian membaik, meski sempat terjadi sesak napas, detak jantung berdebar cepat, dan tangan gemetar.

Berkat kesigapan perawat juga, suami tidak sampai dipindahkan ke ruang ICU. Alhamdulillah, selama di RS tidak perlu pakai ventilator. Kondisinya stabil, tinggal menunggu hasil swab yang kedua. Pada hari Ahad (17/5), suami dikabari teman di lab ITD bahwa hasilnya sudah keluar, meski belum dikirim ke RS.

Kemudian, suami menelepon saya, “Nda, hasil swab ayah yang kedua negatif. Alhamdulillaah,” katanya penuh syukur.

Bagi para orang tanpa gejala (OTG) seperti kami sekarang ini, anjuran dokter tidak harus minum obat seperti pasien isolasi di rumah sakit. Yang perlu diperhatikan adalah imunitas atau daya tahan tubuh agar tetap stabil. Yang saya lakukan adalah:

  • Minum vitamin C dosis tinggi (dewasa= 1000 mg/hari). Jika kondisi normal hanya perlu 60-90mg/hari.
  • Minum madu. Usahakan lebih banyak dari biasanya (3-5x sehari).
  • Konsumsi probiotik. Ini fungsinya juga untuk menjaga imun.
  • Makan makanan bergizi (karbohidrat, protein, sayur, susu). Karena energi dari makanan yang kita konsumsi adalah cara ampuh untuk melawan virus.
  • Istirahat cukup.
  • Hindari stres, panik, apalagi khawatir yang berlebihan. Psikosomatis dapat membuat imun drop, sehingga yang awalnya tanpa gejala tidak menutup kemungkinan akan timbul gejala.

Tetaplah waspada terhadap COVID-19 ini. Jaga kesehatan dan kebersihan. Makan makanan yang sehat dan bergizi, minum vitamin, madu, lakukan protokol pencegahan secara disiplin seperti cuci tangan pakai sabun, menggunakan masker jika keluar rumah, dan menjaga jarak fisik.

Alhamdulillaah bini’matihi tatimmushshoolihaat, “Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna”. (ipw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat