Bedakan Pikun Biasa dengan Demensia pada Lansia

Rsalirsyadsurabaya.co.id – Seiring bertambahnya usia dan memasuki menopause, akan banyak penyakit geriatri yang menyerang. Salah satunya adalah demensia. Penyakit saraf yang tanda-tandanya mirip dengan pikun biasa.

Fungsi kognitif otak manusia akan berkurang seiring bertambahnya usia. Maka dari itu, orang-orang lanjut usia sering bersahabat dengan pikun. Selain pikun, demensia juga bisa menyerang mereka. Karena gejalanya yang sering diremehkan sedari awal.

Melansir dari Kompas, demensia adalah gangguan yang menimbulkan kerusakan progresif pada sistem saraf dan menghasilkan kumpulan gejala. Ciri gejalanya penurunan daya ingat, penalaran, menilai, serta berbahasa.

“Pikun adalah terminologi awam yang berkonotasi lupa. Pikun atau lupa yang sering ditemui pada orang lanjut usia bukanlah gejala demensia atau Alzheimer awal,” jelas dr. Govinda Roosheroe, Sp.PD-KGer dari Persatuan Gerontologi Medik Indonesia.

Kemudian, menurut dr. Deby Wahyuning Hadi, Sp. S, Dokter Spesialis Saraf RS Al Irsyad Surabaya, penyakit demensia ini gejalanya bertahap. Umumnya akan terlihat pada lansia yang telah berusia lebih dari 65 tahun. Namun, dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat, gejala awal demensia juga dapat dilihat di umur yang lebih muda.

“Sedari gejala terlihat, sebenarnya bisa kita cegah dan lakukan intervensi untuk mengurangi faktor risikonya,” tuturnya.

Pada orang demensia, ia akan mengalami frekuensi lupa lebih sering. Berbeda dengan orang yang pikun karena faktor usia. Bahkan, menurut dr. Deby, orang demensia juga sering lupa melakukan kebutuhan dasarnya, seperti makan, buang air, mandi, dan lain-lain.

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda demensia, bisa jadi ia juga berpotensi terserang Alzheimer atau gangguan otak lain. Demensia, lanjut dr. Deby, bukanlah penurunan fungsi kognitif otak karena usia. Demensia lebih pada gangguan kondisi otak.

“Demensia melibatkan kematian sel otak secara abnormal. Penyakit ini bisa dialami siapa saja, bahkan orang berusia muda sekalipun,” katanya.

Namun, untuk orang berusia muda umumnya dikarenakan cedera berat atau kecelakaan. Dalam beberapa kasus, orang berusia muda yang gemar mengonsumsi alkohol juga berpotensi mengidap demensia.

Sementara itu, mengutip dari Detik, dr. Ho King Hee, pakar neurologi dari Gleneagles Hospital Singapore mengatakan, demensia dan pikun biasa dapat dibedakan.

Cara membedakan yang pertama, momen seseorang. Yakni jika seorang pengidap demensia berbelanja di toko dan ia diminta membeli roti, maka ia tidak akan membeli hal tersebut. Namun, ia akan membeli barang lain yang tidak ada dalam daftar belanja.

Cara kedua, ketika pengidap demensia dihadapkan oleh arah. Mereka akan sulit mengingat arah atau jalan meski familiar dan sering dilewati. Lalu, pada pasien demensia, mereka juga sering lupa berkata-kata. Ketika berbicara, mereka cenderung mengulang kata atau kalimat terus menerus.

Dan yang terakhir, ketika mereka dihadapkan untuk mengambil keputusan, “Demensia juga memengaruhi penilaian lingkungan. Pada beberapa kasus, keputusan dan penilaian yang diambil pasien sering tidak tepat dan dianggap tidak pantas oleh orang lain,” ungkap dr. Ho. (ipw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat